“Menjadi Kuat dari Kerapuhan”


27 Sep 2024/faiz/berita/56 View

Nama aku Dewi Lestari. Umur aku 24 tahun, dan saat ini aku sedang mengambil gelar S1 Bisnis di Universitas STEKOM. Aku sudah berada di semester 5. Dulu, di Jogja pada tahun 2006, terjadi gempa tsunami. Lalu, aku ikut dengan saudara aku tinggal dan bersekolah di Jawa Timur. Namun, ketika aku menginjak usia untuk masuk SMK, orang tua aku berpisah. Awalnya aku sedih, tetapi setelah dipikir-pikir, aku merasa tidak ada gunanya untuk bersedih karena menurut aku, buat apa?Mungkin itu adalah jalan terbaik mereka untuk berpisah. Dalam hidup ini, setiap langkah kecil yang kamu ambil saat ini akan membawamu lebih dekat dengan tujuanmu.


Jadi, jangan pernah berhenti bergerak maju. Ada dua tipe orang di dunia ini: mereka yang mempunyai mimpi besar, dan mereka yang bangun untuk mewujudkannya. Nah, kalau aku, aku membangun mimpi itu dengan berkuliah dan bergabung di bidang bisnis marketing plan.

Aku juga tidak pernah malu dengan pekerjaan aku sebagai baby sitter, di mana aku menjaga seorang anak berusia 5 tahun karena orang tuanya sibuk bekerja. Jadi, akulah yang menemani anak itu bermain dan beraktivitas sehari-hari.

Dengan berkuliah, ilmu yang aku dapat bisa aku gunakan untuk menjalankan bisnis dan mewujudkan mimpi besar dengan memiliki omzet sendiri.


Intinya bukan seberapa besar masalah, tetapi seberapa besar keberanian kita menghadapinya. Setiap orang pasti memiliki masalah sendiri-sendiri, tetapi aku menghadapi masalah itu dengan cara mengadu kepada Tuhan dan menyerahkan semuanya kepada-Nya.

Aku berpikir bahwa dengan cara itu, hidup aku bisa menjadi tenang dan aku bisa berdamai dengan keadaan aku yang sekarang.

“Jangan biarkan kemarin menghancurkan hari ini.”

Pada usia 19 tahun, setelah lulus SMK, aku dengan tegap meyakinkan diri sendiri bahwa aku bangga atas diri aku sendiri. Anak yang pernah teraniaya secara psikis ternyata mampu berdiri tegak seperti bendera yang berkibar.


Sekarang ini, aku mulai mencintai diri sendiri. Aku selalu mengatakan kepada diri sendiri bahwa aku pantas dicintai dan aku layak bahagia. Yang tak utuh adalah keluargaku, bukan hidupku, walaupun rasanya hidup dari keluarga yang tak utuh bagaikan hidup tanpa satu sayap.

“Perceraian orang tua membuatku sadar bagaimana cara menerima keadaan tanpa membenci kehidupan.”

“Broken home bukan penghalang untuk kita sukses!”

“Broken home itu bukan penghalang untuk meraih mimpi. Asal bisa menjadikannya motivasi, anak-anak broken home bisa jadi orang sukses!”