WEBINAR NASIONAL Peluang dan Tantangan Ekonomi dan Bisnis tahun 2023

Semarang, 19 Januari 2023 Progdi
S1 Bisnis Universitas Sains dan Teknologi Komputer (Universitas STEKOM) bekerja
sama dengan Universitas Pelita Harapan-Surabaya, Universitas
Tanjungpura-Pontianak, Universitas Hasanuddin-Makassar, STIE STEKOM, Politeknik
Pratama,Perkumpulan Komunitas Industri dan Vokasi Indonesia (PERKIVI) dan
https://www.Toploker.comm, Sukses dalam menyelenggarakan Webinar Nasional dengan
tema “Peluang dan Tantangan Ekonomi dan Bisnis tahun 2023â€.
Acara Webinar Nasional KPeluang dan Tantangan Ekonomi dan Bisnis tahun
2023 tersebut diselenggarakan Kamis, 19 januari 2023 Pukul
13.00 s.d 16.00 WIB yang di laksanakan melalui Zoom Meeting dan You Tube Universitas
Sains dan Teknologi Komputer (Universitas STEKOM) dan di hadiri oleh mahasiwa dan
masyarakat umum.
Webinar Nasional ini Menghadirkan 4 Narasumber, narasumbernya yaitu Benny Cuaca, S.T., S.H., M.Ak., CMA., BKP., CFP., CPP., CPOR., CPOD. (Dosen Universitas Pelita Harapan-Surabaya), Dr. Restiatun, S.E., Msi. (Dosen Universitas Tanjungpura-Pontianak), Dr. Anas Iswanto Anwar, S.E., MA.(Dosen Universitas Hasanuddin-Makassar), dan Edwin Zusrony, S.E., M.M., M.Kom. (Kaprogdi S1 Bisnis Universitas STEKOM Semarang).
Dalam pemaparan narasumber yang pertama Dr. Anas
Iswanto Anwar, S.E., MA.(Dosen Universitas Hasanuddin-Makassar) menjelaskan
tentang Krisis Global 2023? Dampaknya Bagi Ekonomi dan Bisnis. Ap aitu resesi? suatu
kondisi dimana perekonomian suatu negara sedang memburuk yang terlihat dari
Produk Domestik Bruto (PDB) yang negatif, pengangguran meningkat, maupun pertumbuhan
ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Proses rersesi ekonomi diantaranya yaitu Inflasi
tinggi dipicu naiknya harga pangan dan energi – harga produksi naik &
permintaan menurut – bank sentral merespons dengan menaikkan suku bunga acuan –
suku bunga kredit naik – pertumbuahan ekonomi terganggu.
Early Warning? Ancaman resesi ekonomi secara global
semakin nyata di depan mata. Ini disebabkan kenaikan suku bunga acuan secara
agresif yang dilakukan bank sentral berbagai negara untuk meredam laju inflasi.
Ancaman resesi ekonomi yang terjadi sekarang berasal dari inflasi akibat kenaikan
harga energi dan komoditas yang semakin tinggi. Terkini, inflasi di Inggris
telah mencapai 9,9 persen per Agustus 2022, sedangkan Amerika Serikat (AS)
berada di level 8,3 persen.
Krisis Global yang diperpanjang oleh Tensi Geopolitik diantaranya
yaitu Pertumbuhan PDB Indonesia diestimasi sekitar 4,75-4,95% (y.o.y) di
Triwulan-I 2022. Kami berpandangan PDB berpotensi kembali ke kisaran pra-pandemi
dengan tingkat pertumbuhan PDB sebesar 4,90% - 5,10% (y.o.y) untuk 2022. Walaupun
dampak langsung melalui jalur perdangangan dan finansial terhadap Rusia dan
Ukraina relatif rendah, dampak tidak langsung melalui peningkatan harga
komoditas dan ketidakpastian global berdampak substansial terhadap Indonesia. Peningkatan
harga komoditas, terutama energi, mendorong dampak positif terhadap Indonesia.
Sebagai produsen utama batubara dan CPO, Indonesia menikmati surplus
perdagangan sebesar USD9,33 miliar di Triwulan-I 2022. Peningkatan harga
memberikan ancaman inflasi pada perekonomian domestik. Walaupun belum
termaterialisasi pada indeks harga konsumen (angka terakhir 2,64% (y.o.y)),
indeks harga produsen tercatat tumbuh 8,77% (y.o.y), mengindikasikan adantya
tekanan inflasi yang belum diteruskan oleh produsen. Peningkatan harga energi
juga memberikan tekanan pada sisi fiskal. Estimasi kami mengindikasikan naiknya
harga energi akan meningkatkan belanja subsisi dari IDR207 triliun ke IDR314,4
triliun di 2022. Peningkatan harga energi juga akan menurunkan ruang fiskal
dari sekitar 15% ke 11,9%. Dengan adanya potensi peningkatan beban fiskal dan mandat defisit di
bawah 3% tahun. depan, desakan untuk reformasi skema subsidi dari subsidi
produk ke subsidi target penduduk sangat dibutuhkan. Meningkatnya tekanan
inflasi selama 2022 juga membutuhkan koordinasi yang lebih solid antara BI dan
Kemenkeu untuk menjaga ekspektasi inflasi agar tidak mengarah ke inflasi yang
‘overheating’.
Dampak dari resesi ekonomi diantaranya yaitu Daya beli
masyarakat menurun, Perusahaan rentan bangkrut karena pendapatan menurun,
potensi PHK karyawan terbuka lebar, angka pengangguran meningkat, kesejahteraan
masyarakat menurun, penerimaan negara berpotensi turun.
Tampaknya meskipun ancaman krisis global terus ada, namun sementara waktu perkembangan beberapa indikator makro ekonomi masih cukup kondusif, kecuali masalah inflasi yang mempunyai trend meningkat Kondisi kondusif tersebut dapat terjadi diperkirakan sebagai dampak positif langsung atau tidak dari beberapa kebijakan ekonomi yang dilakukan para otoritas terkait, pemerintah, Kemenkeu, BI, dan otoritas sektoral lainnya. Meski demikian, pihak pemerintah perlu melakukan kebijakan pengelolaan anggaran yang lebih baik terutama terkait dengan sumber pembiayaan pembangunan dari utang luar negeri. Serta perbaikan alokasi penggunaan anggaran harus tepat guna, efisien, tidak boros untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur yang belum prioritas, agar dimanfaatkan untuk membiayai program kerja jangka pendek yang mempunyai dampak multiplier positif terhadap penyerapan tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan Selain itu, BI kiranya tidak terlalu mengandalkan pada hanya kebijakan suku bunganya sebagai instrument utama guna menghadapi atau mengatasi berbagai masalah perekonomian yang terjadi. Perlu pula mengoptimalkan kebijakan Makroprudensial terkait optimalisasi peran sector perbankan untuk melaksanakan perannya sebagai lembaga perantara keuangan utama untuk menggerakkan sector riel produktif, bekerjasama dan dengan dukungan dari OJK dan LPS.
Dalam Pemaparan narasumber yang kedua, Benny Cuaca,
S.T., S.H., M.Ak., CMA., BKP., CFP., CPP., CPOR., CPOD. (Dosen Universitas
Pelita Harapan-Surabaya) menjelaskan tentang Turning uncertainty into
opportunity, in order to establish a champion organization in 2023.
Resesi, Menurut OJK yang
dimaksud dengan resesi adalah suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara
memburuk, hal tersebut ditandai dengan adanya penurunan PDB (Produk Domestik
Bruto), meningkatnya angka pengangguran, bahkan pertumbuhan ekonomi riil selama
2 kuartal berturut-turut nilainya negatif.
Prediksi Ekonomi Dunia Tahun
2023, Menurut OJK yang dimaksud dengan resesi adalah suatu kondisi dimana
perekonomian suatu negara memburuk, hal tersebut ditandai dengan adanya
penurunan PDB (Produk Domestik Bruto), meningkatnya angka pengangguran, bahkan
pertumbuhan ekonomi riil selama 2 kuartal berturut-turut nilainya negatif.
Dampak Resesi Global Terhadap Indonesia. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berulang kali menjelaskan bahwa kondisi ekonomi global sedang tidak baik-baik saja. Hal ini tercermin dari adanya ancaman resesi ekonomi yang menjadi hantu menyeramkan bagi seluruh negara di dunia, tak terkecuali buat Indonesia. Tidak hanya itu, inflasi yang tinggi, pengetatan likuiditas, hingga konflik geopolitik Ukraina dan Rusia membuat ekonomi dunia kian terjerumus dalam jurang kehancuran. Namun, Indonesia tampaknya harus sedikit lega karena IMF memperkirakan ekonomi Indonesia tetap tumbuh hingga 5,3% tahun ini dan 5% pada 2023. Namun, apakah angka tersebut hanya prediksi semata? Beberapa data menunjukkan fakta yang berbalik atas prospek ekonomi Indonesia yang belakangan cukup bergantung pada ledakan harga komoditas utama, seperti batubara, minyak kelapa sawit, timah, nikel dan gas alam lainnya. Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://youtu.be/ZpoxPD2EL7A
Dalam pemaparan narasumber
yang ketiga, Dr. Restiatun, S.E., Msi. (Dosen Universitas
Tanjungpura-Pontianak) menjelaskan tentang Perencanaan Keuangan di Tengah Ketidakpastian
Global. Pengertiannya adalah suatu proses untuk mencapai tujuan hidup seseorang
melalui pengelolaan keuangan secara terencana. Perencanaan Keuangan membantu
seseorang dalam mencapai tujuan hidupnya. Perencanaan keuangan dapat dijadikan
sebagai alat untuk bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan keuangan di masa kini dan masa
depan. Perencanaan keuangan juga merupakan suatu proses yang berkesinambungan
dan bersifat dinamis.
Ketidakpastian Global. Krisis energi dan pangan
sebagai imbas terganggunya rantai suplai makanan dunia, naiknya harga
komoditas, serta invasi Rusia ke Ukraina serta adanya aksi saling balas sanksi
antara Barat dan Rusia – inflasi. Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2023
sebesar 2,2%. Resesi di berbagai negara menyebabkan terjadinya penurunan laju
ekspor Indonesia karena adanya penurunan permintaan yang secara otomatis dapat melemahkan
harga komoditas, salah satunya disebabkan kondisi RRT sebagai negara dengan
perekonomian terbesar kedua di dunia yang saat ini sedang menghadapi lonjakan
kasus Covid.
Dampak Suku Bunga. Inflasi yang tinggi saat ini,
disikapi oleh bank sentral di berbagai negara dengan menaikkan tingkat suku
bunga dan memperketat likuiditas. Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) dan
Bank Sentral Inggris (BoE) menaikkan suku bunga masing-masing 75 bps dan 50 bps
ke tingkat 3,25% dan 2,25%. Suku bunga acuan BI 7- Day Reverse Repo Rate
(BI7DRR) Kembali dinaikkan sebesar 50 bps menjadi 4,25%. BI juga menaikkan suku
bunga deposit facility dan lending facility sebesar 50 bps, masing-masing
menjadi 3,50% dan 5,00%.
Perilaku Keuangan Rumah Tangga pada kondisi Inflasi. Mengurangi
konsumsi barang dan jasa yang kurang perlu (hemat uang), Menyiapkan dana
darurat, Mencari penghasilan tambahan, Konsumsi barang produksi dalam negeri, Berinvestasi
dan menabung, Menabung logam mulia, Investasi reksadana, dan Deposito.
Pilihan Aset Pasar Uang dan Pasar Modal. Pertimbangan : likuiditas dan risiko. Dalam pasar uang, investor memberikan sejumlah uang pada emiten. Sebagai pertukaran, emiten juga berjanji akan mengembalikan uang tersebut plus bunganya dalam periode waktu tertentu. pasar modal adalah tempat terjadinya pertukaran modal, di mana investor memberikan sejumlah uang kepada perusahaan emiten untuk diolah dalam aktivitas operasionalnya. Sebagai gantinya, investor akan mendapatkan persentase saham perusahaan. Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://youtu.be/ZpoxPD2EL7A
Dalam pemaparan narasumber yang keempat. Edwin
Zusrony, S.E., M.M., M.Kom. (Kaprogdi S1 Bisnis Universitas STEKOM Semarang)
menjelaskan tentang Peluang Kemudahan Perizinan Usaha Berbasis Resiko Bagi UMKM
Krisis Ekonomi di Indonesia. Krisis 1998, Krisis
moneter 1998 berikutnya adalah utang Indonesia di luar negeri membengkak. Dari
anjloknya nilai rupiah pada 1997 sampai 1998, dipicu dari membengkaknya angka utang
luar negeri oleh swasta. Krisis 2008, Krisis 2008 tersebut dipicu bangkrutnya
Lehman Brothers di Amerika Serikat (AS) menyusul kegagalan di pasar subprime mortgage
(kredit yang dikucurkan oleh perbankan Amerika terhadap sektor). Krisis 2020, Ketahanan
kesehatan dan roda perekonomian dunia kini terganggu semenjak hadirnya Covid- 19,
si musuh tak kasat mata. Pembatasan aktivitas manusia juga membuat kegiatan
bisnis kacau di seluruh dunia. Setelah terjadinya krisis moneter tahun 1998,
pemerintah Indonesia membuat aturan JPSK (Jaring Pengaman Sistem Keuangan)
serta ada aturan-aturan juga mengenai pembatasan penarikan uang oleh investor
asing untuk menghindari Rush Money.
UMKM Berperan Penyelamat Ekonomi Nasional. Saat krisis
ekonomi 1998, UMKM berperan sebagai penyelamat ekonomi nasional, karena di
tengah banyaknya industri berjatuhan, ekspor UMKM justru naik berlipat-lipat dengan
keuntungan yang tinggi, sejalan dengan tingginya kurs dolar Amerika Serikat terhadap
rupiah pada saat itu.
Mengapa di Krisis Pandemi
Covid 2020 UMKM tidak bisa bertahan? Pandemi COVID-19 menghantam keras Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Beda dengan dua krisis
sebelumnya pada tahun 1998 dan 2008, UMKM tidak dapat bertahan kali ini. Data terakhir menunjukkan
sebanyak 98% usaha pada level mikro atau sekitar 63 juta terkena dampak pandemi
COVID-19 akibat lesunya ekonomi dan menurunnya permintaan masyarakat karena
pembatasan sosial. Hal ini berbeda dengan temuan kami pada krisis 1998 dan 2008
yang menunjukkan justru UMKM dapat bertahan.
Transformasi digital & covid-19. UMKM yang telah melakukan transformasi digital terutama dengan memanfaatkan digital platform yang ada, tentunya diuntungkan di tengah hantaman pandemi seperti sekarang. Selain karena market coverage yang lebih luas, UKM yang melakukan transformasi digital juga menjadi lebih siap dalam menghadapi perubahan perilaku konsumen. Pada masa pandemi, konsumen cenderung mengurangi aktivitas luar rumah. Layanan yang ditawarkan digital platform memungkinkan konsumen untuk tetap berbelanja meski tidak keluar rumah. Tidak hanya karena layanan pesan antar yang ditawarkan oleh platform tersebut tetapi juga kemudahan pembayaran transaksi melalui uang elektronik. Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://youtu.be/ZpoxPD2EL7A
Recent Posts

BPM STIE STEKOM gelar Rapat Tinjauan... 19.05.2023/40 View

Universitas yang ada di Semarang... 16.05.2023/32 View

Daftar Lengkap Perguruan Tinggi Swasta di... 16.05.2023/111 View

Asesmen Lapangan (AL) BAN PT di... 12.05.2023/55 View
